05 October 2006

Humanisme Islam

Oleh: Arif Munandar Riswanto


ADA perbedaan problematika yang melilit negara maju dengan negara berkembang. Problematika krusial yang melilit masyarakat maju adalah kehilangan nilai-nilai spiritual. Sedangkan, problematika yang melilit negara berkembang adalah kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.

Pada negara maju, agama telah dipinggirkan karena dianggap sebagai ajaran yang skeptis. Namun, meskipun begitu, pada masyarakat maju, buta huruf, putus sekolah, kemiskinan, pengangguran, korupsi, kolusi, nepotisme, suap, baku hantam lalu lintas, dan pencemaran lingkungan memiliki kadar tingkat yang sangat rendah.

Sebaliknya, pada masyarakat berkembang, agama masih dianggap sebagai ajaran sakral. Namun, pada masyarakat berkembang, buta huruf, putus sekolah, kemiskinan, pengangguran, korupsi, kolusi, nepotisme, suap, baku hantam lalu lintas, dan pencemaran lingkungan memiliki kadar tingkat yang sangat tinggi.

Itulah dua drama kehidupan sosial yang sekarang sedang menghiasi dunia. Antara dunia pertama dan dunia ketiga. Dunia yang kehilangan nilai-nilai ruhani dan dunia yang kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.

Bagi kita selaku manusia yang hidup di tengah-tengah negara berkembang, sudah saatnya tidak hanya menampilkan agama dalam bentuk kewajiban (spiritual) saja, tetapi juga dalam bentuk hak (kemanusiaan). Karena, sebagaimana dicatat oleh Al-Quran, tujuan diturunkannya Nabi ke dunia ini adalah untuk menjawab problem-problem kemanusiaan.

Namun tentunya, menampilkan kemanusiaan tidak berarti harus menghilangkan nilai-nilai spiritual yang sakral (epistemologi). Spiritual harus tetap kita jaga, dan kemanusiaan harus kita ciptakan. Spiritiual adalah moral kita terhadap Pencipta, sedangkan kemanusiaan adalah moral kita terhadap sesama. Keduanya harus disinergikan, bukan dipisahkan atau dibenturkan.

Penyinergian tersebut tiada lain bias dari kemoderataan (wasath) agama Islam. Kemoderatan tersebut berarti bahwa Islam pandai menyinergikan antara satu ajaran dengan ajaran lain. Menempatkannya pada tempat yang sesuai agar kehidupan ini berjalan di atas keseimbangan (mizan). Ini persis seperti sistem tata surya yang berjalan di atas porosnya masing-masing. Atas dasar itu pulalah kita tidak bisa menerima konsep humanisme Barat yang lepas dari nilai-nilai agama.

Hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan kita lebih dikarenakan pandangan kita yang "sempit" terhadap ibadah. Selama ini kita hanya mengidentikan ibadah dengan zikir, shalat, puasa, dan haji. Sedangkan, disiplin, tepat waktu, tertib dalam lalu lintas, kebersihan lingkungan, menolong orang miskin, gelandangan, putus sekolah, dan pengangguran tidak pernah kita anggap sebagai ibadah. Kita tidak pernah menganggap bahwa kemanusiaan adalah bagian integral dari ibadah. Itulah hal yang menyebabkan membengkaknya fenomena-fenomena kemanusiaan di tengah-tengah kehidupan kita.

Kita yakin, jika nilai-nilai kemanusian dihadirkan dan diracik dengan nilai-nilai spiritual yang selama ini kita anut, sebuah tatanan masyakarat maju dan saleh pasti akan tercipta. Sebuah masyarakat civilized yang dulu pernah dibangun oleh Nabi. Yaitu, masyarakat yang bermoral terhadap Tuhannya dan sesamanya. Dan, keyakinan kita terhadap hal itu bukanlah cek kosong, tetapi janji Al-Quran itu sendiri. AMR

The Fray - How To Save a Life

Music Code provided by Song2Play.Com