Manifesto Ajaran Tauhid

Oleh: Lutfi Lukman Hakim
Dalam sebuah wasiatnya, Luqman berkata kepada anaknya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar “. (QS. Luqman : 13).
Mempersekutukan Allah dalam konteks ini, berarti telah menyamaratakan Allah dengan selainNya. Baik dengan manusia, jin, binatang, maupun makhluk Allah yang lain. Baik menyamakan Allah dalam hal kedudukan, keberadaan, fungsi maupun peran. Seolah di balik keberadaan sesuatu, bukan atas kehendak Allah, tetapi hasil dari sebuah perbuatan atau usaha.
Tengok misalkan perjalanan Nabi Ibrahim a.s selama mencari ilâh. Ketika Allah memperlihatkan berbagai keagungan-Nya di langit dan di bumi untuk meyakinkan Ibrahim tentang ilâh sebenarnya. Sampai Ibrahim bingung menentukan mana yang mesti dia sembah, apakah bintang, bulan atau matahari? Akhir dari pencarian ini, ia hanya bisa berserah diri kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Ia takut termasuk golongan yang mempersekutukan Allah. (QS. Al-An’am : 74-79).
Berbagai kejadian di alam ini, baik dalam diri, segala perbuatan manusia atau hewan, mestilah ada penyebab yang mengakibatkan terjadinya sesuatu. Setiap sebab-sebab itu pun, terjadi disebabkan karena sebab yang lain, sampai akhirnya perputaran sebab tersebut mengerucut kepada sebuah kesimpulan untuk mencari ‘yang menyebabkan semua sebab itu terjadi’, serta siapa yang menciptakannya. Tidak lain Dia-lah Allah Subhânahu Wa Ta’alâ, demikian pendapat Ibnu Khaldun.
Lafadz Ilâh sendiri dalam bahasa Arab berarti segala sesuatu yang disembah berdasarkan keyakinan penyembahnya. Patung-patung berhala disebut ilâh karena menurut keyakinan mereka berhala tersebut sangat pantas untuk disembah. Adapun penamaan ilâh disesuaikan menurut kepercayaan mereka sendiri, bukan berdasarkan benda itu sendiri (Ibnu Mandour : 1999).
Karenanya lafadz “Lâ ilâha illa Allah” bukan sembarang kalimat atau pelafalan. Seorang Abu Thalib saja, Paman Nabi tak kuasa untuk sekedar mengucapkan lafadz tersebut, karena sarat akan makna dan konsekwensi. Padahal dia yang mengurus Nabi semenjak ditinggal oleh ibunya ketika berusia 6 tahun, dan kakeknya pada usia 8 tahun. Beliau pun yang membela Nabi dari ancaman kaum Quraish.
Dengan demikian, perlu dibedakan antara sikap (al-hâl) dan sekedar tahu (al-ilmu) dalam masalah akidah, antara sekedar ucapan (al-qaul) dan rasa penghayatan (al-ittishâf). Ibnu Khaldun memberi ilustrasi, kebanyakan manusia tahu bahwa mengasihi anak yatim dan orang miskin termasuk perintah agama. Tetapi, kebanyakan manusia berpaling dan enggan untuk menolongnya, apalagi untuk mengasihi mereka dan bersedekah.
Demikian pula Tauhid. Bukan sebatas tahu (al-ilmu) dan ucapan (al-qaul), tetapi mesti dibarengi dengan sikap (al-hâl) dan penghayatan (al-ittishâf). Rasa tahu yang dibarengi dengan penghayatan adalah sebuah keharusan. Penghayatan pun mesti dibarengi dengan ilmu. Kesempurnaan Tauhid bukan sekedar keimanan, tanpa dibarengi sikap dan nilai-nilai penghayatan. Sebagiamana kesempurnaan ibadah. Setiap ibadah harus memiliki dua wujud aplikasi. Wujud jasadi (ritual fisik) dan wujud ruhi (spiritual).
Fundamen tauhid dibekali dengan keyakinan bahwa Allah itu suci dengan segala dzat dan sifat-Nya. Dari sini, rasa keimanan berkembang menjadi iman kepada Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhirat, dan Qadha dan Qadar. Itulah arti iman sebagai sebuah institusi menurut Endang Saifuddin Anshari. Yaitu iman yang merupakan bagian paling pokok daripada agama sendiri.
Bekal keimanan, beralih menuju kehidupan praksis. Dengan syahadat, manusia melepaskan diri dari belenggu kemusyrikan. Shalat; pengorbanan waktu, sebagai media komunikasi antara hamba dengan khaliq, sekaligus bersosialisasi dengan sesama. Zakat; pengorbanan harta, bukti kepedulian sosial manusia. Shaum; pendidikan kedisiplinan mental dan diri, bentuk pengorbanan diri. Haji; bukti kedewasaan mental-spiritual.
Akhirnya, manifesto dari sikap keimanan seseorang berwujud kepada pengorbanan diri. Mengorbankan kepentingan diri pribadi atau yang lain, di atas kepentingan Allah Swt. Bagi Dr. Komarudin Hidayat, dari pernyataan tauhid terpancar sebuah kekuatan spiritual dan sosial untuk merobohkan icon yang menjadi pusat sesembahan manusia, entah supremasi kelas, ras, keturunan, intelektualitas dan obyek sesembahan lain yang menghalangi pandangan dan loyalitas seseorang kepada Allah.
Betapa manifesto keimanan seorang Ismail –padahal ia masih kecil- ketika hendak disembelih oleh Ibrahim menjadi bukti, alangkah indahnya keimanan itu. “Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS. Ash-Shaffât : 102).
Ajaran Tauhid menjadikan Islam sebagai agama yang dinamis, kosmopolit dan revolusioner. Hasbunallah!
1 Comments:
abbfwvhaf
ugg
chanluu japan
ugg
chanluu japan
ugg ブーツ
bzkanzult
[url=http://www.chanluuofficialsjp.com/]chan luu ネックレス[/url]
[url=http://www.jpbootsfor2012.com/]アグ ブーツ[/url]
[url=http://www.chanluuoutletforjp.com/]chan luu ブレスレット[/url]
[url=http://www.thenewestbootsforyou.com/]アグ[/url]
[url=http://www.ilovetheboots.com/]ugg ブーツ[/url]
kkjzkpucn
http://www.snowbootsforwinter.com/ ugg ブーツ
http://www.thebestforjp.com/ ムートンブーツ ugg
http://www.jpbootsfor2012.com/ ugg
http://www.ilovetheboots.com/ アグ
http://www.chanluuofficials.com/ チャンルー chanluu
Post a Comment
<< Home