Inter Religious Dialogue ?!

Dalam sejarah peradaban umat manusia tidak ada peperangan dan pertikaian yang yang lebih mengerikan daripada pertikaian atas nama agama. Seperti kerusuhan yang terjadi dua tahun yang lalu di Ambon, pertikaian Muslim-Hindu di India yang berakibat pada pembakaran masjid-masjid dan penghancuran kuil-kuil ibadah dan berbagai kerusuhan traumatik lainnya yang terjadi di seluruh belahan dunia.
Benarkah agama ditenggarai sebagai pemicu konflik antar umatnya? Jika dilihat dari ajaran moral, prinsip etika, dan doktrin-doktrin kemanusiaan yang terkandung dalam agama-agama, proposisi tersebut tampaknya tidak menemukan relevansinya.
Mengapa hal demikian bisa terjadi? Banyak kalangan menilai bahwa hal tersebut bermula dari sempitnya pemahaman keagamaan yang dihayati oleh kebanyakan umat beragama atau -meminjam istilah Dr. Dien Syamsuddin- adanya gejala salah interpretasi terhadap agama. Sebab, terlalu gegabah kiranya jika kita kaitkan persoalan konflik agama dengan ajaran, dogma dan doktrin-doktrin keagamaan pada setiap agama yang ada, baik yang semitik maupun kultural. Sebab kita semua sepakat bahwa, seluruh agama yang ada, pasti mengajarkan prinsip-prinsip moral, ajaran-ajaran normatif dan nilai-nilai universal (common values) – dalam hal ini etika- yang jika kita perhatikan secara seksama, akan menemukan kata sepaham. Seperti, kita semua setuju dan yakin bahwa menolong orang adalah perbuatan baik, berbohong merupakan sikap yang tercela, membantu orang yang sedang kesusahan termasuk perkara-perkara yang terpuji, berzina adalah perbuatan yang tercela, dan lain sebaginya. Maka, mustahil kita akan mendapatkan ajaran agama yang menyuruh umatnya kepada hal-hal kejelekan.
Oleh karenanya, jelaslah bahwa faktor determinan konflik dan kerusuhan yang acap kali terjadi, lebih kepada penganut-penganut agamanya. Pemahaman keagamaan yang sempit, gaya keberagamaan yang saklek, sikap intoleran, prasangka-prasangka buruk terhadap agama lain, adalah beberapa contoh faktor timbulnya konflik dan kerusuhan yang mengatasnamakan agama dimana faktor-faktor tersebut adalah output dari pemahaman, sikap dan tindak-tanduk para pemeluk agama.
Berawal dari asumsi akan keseragaman “ajaran” moral dan kesatuan nilai-nilai universal yang terkandung dalam agama-agama yang ada, maka kita bisa meyakini bahwa semestinya terdapat titik temu diantara agama-agama tersebut. Lalu, kira-kira kompromi solutif seperti apakah yang harus kita bangun dalam rangka mencari titik temu dan menepis disharmoni diantara umat beragama?.
Solusi Dialog Antar Agama
Demi terciptanya keharmonisan dan toleransi antar umat beragama, para agamawan dan sejumlah kalangan dari berbagai background keagamaan menilai bahwa dialog antar agama (inter religious dialogue) merupakan salah satu solusi kongkrit untuk “mendamaikan” para pemeluk agama. Karena dialog antar agama termasuk sebuah wasilah efektif untuk mengkomunikasikan umat, dan bukanlah komunikasi negatif yang saling menegasikan.
Menurut Dr. Dennis Walker, seorang Staf Pengajar Studi Kajian Timur-tengah di Universitas Melbourne dan Universitas Nasional Australia, dalam budaya masyarakat Muslim, tradisi dialog antar agama sudah ada sejak zaman kekhalifahan Abbasiah. Ketika itu para petinggi kekhalifahan sering mengadakan simposium ilmiah seputar permasalahan agama dengan menghadirkan para pemuka agama dan intelektual yang mumpuni dari Kristen, Yahudi, dan Islam. Maka seterusnya, terutama pada masa kejayaan Islam, tradisi dialog antar agama menjadi tradisi yang secara tak langsung diwariskan secara turun temurun. (Lebih jelasnya lihat: wawancara eksklusif)
Kemudian jika kita menyoal motif dari dialog antar agama, maka kita bisa mendapatkan beberapa diantaranya adalah; perdamaian dan toleransi, proses pencarian kebenaran, kepentingan-kepentingan politis, ekonomi, teologis, dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, sudah menjadi sebuah keharusan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari dialog antar agama disini tak lain adalah, kerukunan, perdamaian dan toleransi dalam tataran interaksi sosial. Mengapa dalam tataran interaksi sosial? Karena level keyakinan dan aqidah tidak mungkin untuk dikompromikan, mengingat aqidah adalah otoritas yang absolut dan mutlak. Terlebih lagi dalam Islam dan Kristen, persoalan mengenai ketuhanan adalah persoalan yang tidak bisa ditoleransikan dan dipersaudarakan (la ikhaa baina at-tatslits wa at-tauhid).
Sekali lagi, tentunya, dialog yang kita inginkan adalah dialog yang sarat dengan nuansa perdamaian dan bukan dialog yang dibaliknya terselubung kepentingan-kepentingan politis, ekonomi dan teologis (seperti misionaris, konversi, dll).
Lalu setelah kita menyepakati motif dan tujuan dari dialog antar agama yang diinginkan, selanjutnya juga harus ada kesepakatan bersama mengenai kerangka dialog tersebut. Kerangka dialog yang harus ditegakkan adalah etika, karena etika merupakan titik temu dan titik pemberangkatan dalam dialog antar agama, dimana semua agama akan menemukan kata sepakat dalam hal etika.
Sehingga dari etika tersebut akan lahir berbagai varian lingkup bahasan dalam dialog semisal keadilan, demokrasi, hak asasi manusia, dan lain sebagainya. Inilah kira-kira lingkup bahasan dialog antar agama yang dipercaya dapat “menyatukan” semua agama. Mengingat isu-isu etika merupakan isu keprihatinan masyarakat modern dewasa ini.
Bahkan secara lebih radikal, Hans Kung seorang sosiolog asal Jerman pernah menawarkan konsep Global Ethic. Dia berpendapat bahwa, demi terciptanya toleransi dan kerukunan antar umat beragama maka kita harus membuat sebuah etika bersama (global ethic). Sebab, tak dapat dipungkiri lagi “perbedaan” kemasan ajaran dan prinsip-prinsip etika dalam agama-agama, sedikitnya punya pengaruh yang cukup besar dalam menciptakan perasaan dan sikap anti toleran. Maka Global Ethic yang dia gagas bertujuan untuk mengikis prasangka-prasangka negatif para penganut agama (yang menggiring kepada pertikaian). Karena semua manusia merasa memiliki satu etika dan nilai-nilai universal yang telah disetujui oleh bersama.
Lalu Prof. Dr. Ismail Al-Faruqi menawarkan sebuah paradigma ‘kebersamaan’ dalam kaitannya dengan dialog antar agama, yaitu idea world citizen. Konsep world citizen yang coba beliau ketengahkan adalah bahwa seharusnya setiap penganut agama tidak boleh menganggap bahwa agama yang dianuti hanya milik dia saja. Sehingga hanya penganutnya saja lah yang bisa mengetahui, membuat kajian dan mengemukakan kritik. (lihat: RSI Melayu.com, 26/02/2005)
Nantinya, ketika muncul sebuah kritikan atau saran dalam dialog (contohnya Islam dan Kristen), maka kritikan tersebut bukanlah kritikan yang datang dari Muslim kepada Kristiani atau sebaliknya, akan tetapi krtikan tersebut adalah krtikan yang keluar dari seorang insan yang merupakan warga dunia, atau world citizen terhadap sebuah agama. Hingga nantinya tercipta dialog yang bersahabat dan kondusif.
Namun disamping itu, ada juga kalangan yang menilai sesungguhnya pada tataran empirik, dialog ideal yang diinginkan sangat tidak mudah untuk direalisasikan. Dr. Dennis Walker, yang juga seorang pakar dan peneliti sosio kultur Timur-tengah, memberikan isyarat bahwa dalam kondisi tertentu dialog ini sulit terwujud. Salah satu faktor yang menghambat dialog adalah menjamurnya kelompok-kelompok militan fundamentalis dari berbagai macam agama, yang mana kelompok-kelompok tersebut lebih kepada gerakan politik yang dipolitisir.
Bahkan lebih jelasnya, Dr. Dennis Walker mengatakan;” Dalam batas tertentu, saya sendiri pesimis dengan kompromi dialog ini. Sebab saya lihat, bagaimana pun juga orang yang bergabung dalam usaha dialog ini dalam benaknya ada optimisme tinggi untuk bisa mengajak orang lain ke dalam agamanya”. Dalam artian, dialog antar agama sangat rawan untuk dimasuki beragam kepentingan-kepentingan yang akan merusak idealita dan cita-cita yang kita inginkan bersama (toleransi umat beragama). Oleh karenanya, beliau menambahkan, selain melakukan dialog yang dikemas dalam bentuk formal dan resmi, kita harus senantiasa menjaga tradisi “dialog informal” (menjalin hubungan positif) semisal, membuat jaringan perdagangan dengan pihak ‘luar’ dan mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah dengan umat lain.
Maka, terlepas dari semua hal diatas, jika kita benar-benar menginginkan adanya keselarasan dan toleransi antar umat beragama, yang diterjemahkan via dialog antar agama, maka sudah sepatutnya bagi semua kalangan untuk selalu bersikap jujur dan membuang jauh-jauh prasangka negatif.
Dan satu hal lagi yang harus dihindari yaitu, jangan sampai terjadi mentalitas "tuan rumah" (host) dan "tamu undangan" (invited guest) dalam sebuah dialog antar agama, karena mentalitas ‘aku lebih baik dari yang lain’ akan merusak suasana dialog tersebut. Untuk itu, manusia harus memiliki jati diri yang kuat dan sikap menerima serta menghormati jati diri teman dialog.
Dan tak kalah pentingnya, para pemuka agama pun turut berperan dalam mensukseskan dialog antar agama. Dr. Imtiyaz Yusuf, yang juga Kepala Departemen Filsafat dan Agama, Assumption University, Bangkok (Thailand), mengatakan;” sejatinya pemuka agama Islam tak hanya memberikan pemahaman yang benar terhadap umatnya saja tetapi mereka pun menginformasikan hal yang sebenarnya tentang Islam kepada umat lainnya. Kemudian, mereka mengkomunikasikan lagi pemahaman mereka tentang Islam kepada umat Islam. Hal ini juga dilakukan oleh pemeluk agama lainnya” (Republika 03/12/2004).
Dengan cara demikian maka akan terjadi dialog yang intensif sehingga pemuka agama dan umatnya selain memahami ajaran agamanya secara benar juga menghormati keyakinan orang lain. Pada akhirnya ini akan melahirkan rasa saling memahami dan menghormati dan tentunya akan mencegah terjadinya konflik agama. Diharapkan dialog antar agama menjadi sesuatu yang bisa direalisasikan, tidak utopis dan tidak hanya membumi pada tataran teoritis dan tingkat elit saja. Semoga!. (Gonz- Red).
74 Comments:
9xIlol The best blog you have!
FHF3PV actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
Please write anything else!
actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
Nice Article.
Hello all!
Nice Article.
Thanks to author.
Hello all!
Cydk0i write more, thanks.
actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
Hello all!
Hello all!
Please write anything else!
Nice Article.
Nice Article.
Magnific!
Please write anything else!
Thanks to author.
Magnific!
Nice Article.
When there's a will, I want to be in it.
Build a watch in 179 easy steps - by C. Forsberg.
Hello all!
Magnific!
Suicidal twin kills sister by mistake!
If ignorance is bliss, you must be orgasmic.
When there's a will, I want to be in it.
What is a free gift ? Aren't all gifts free?
Save the whales, collect the whole set
actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
Friends help you move. Real friends help you move bodies
A lot of people mistake a short memory for a clear conscience.
Build a watch in 179 easy steps - by C. Forsberg.
Change is inevitable, except from a vending machine.
The gene pool could use a little chlorine.
A lot of people mistake a short memory for a clear conscience.
The gene pool could use a little chlorine.
Calvin, we will not have an anatomically correct snowman!
Suicidal twin kills sister by mistake!
Thanks to author.
Give me ambiguity or give me something else.
I'm not a complete idiot, some parts are missing!
Suicidal twin kills sister by mistake!
Oops. My brain just hit a bad sector.
640K ought to be enough for anybody. - Bill Gates 81
Build a watch in 179 easy steps - by C. Forsberg.
The gene pool could use a little chlorine.
Good job!
Beam me aboard, Scotty..... Sure. Will a 2x10 do?
What is a free gift ? Aren't all gifts free?
A lot of people mistake a short memory for a clear conscience.
Oops. My brain just hit a bad sector.
Clap on! , Clap off! clap@#&$NO CARRIER
Lottery: A tax on people who are bad at math.
Please write anything else!
When there's a will, I want to be in it.
When there's a will, I want to be in it.
Please write anything else!
Oops. My brain just hit a bad sector.
I'm not a complete idiot, some parts are missing!
I don't suffer from insanity. I enjoy every minute of it.
actually, that's brilliant. Thank you. I'm going to pass that on to a couple of people.
Build a watch in 179 easy steps - by C. Forsberg.
Hello all!
C++ should have been called B
When there's a will, I want to be in it.
I'm not a complete idiot, some parts are missing!
What is a free gift ? Aren't all gifts free?
Calvin, we will not have an anatomically correct snowman!
640K ought to be enough for anybody. - Bill Gates 81
I'm not a complete idiot, some parts are missing!
like gambling? love las vegas? colophon in up on the all unexpected [url=http://www.casinolasvegass.com]casino[/url] las vegas at www.casinolasvegass.com with beyond 75 canny give up [url=http://www.casinolasvegass.com]online casino[/url] games like slots, roulette, baccarat, craps and more and receive a peerlessness in existent investigate with our $400 present-day unfinished bonus.
we from up to any more estimation b wealthier games then the falling asunder except for online [url=http://www.place-a-bet.net/]casino[/url] www.place-a-bet.net! few more free casino games and free [url=http://www.2010-world-cup.info]casino bonus[/url] you can find at the 2 new [url=http://www.buy-cheap-computers.info]casino[/url] guides : www.2010-world-cup.info and www.buy-cheap-computers.info .
Post a Comment
<< Home