19 October 2008

Goodbye $!


Isu santer yang menjadi perhatian publik dunia sekarang ini adalah krisis ekonomi negara super power, Amerika Serikat.Betapa tidak, Amerika yang dikenal memiliki fondasi ekonomi yang kuat dibuat tidak berdaya oleh resesi ekonomi yang disebabkan oleh lilitan hutang Amerika yang mencapai US$ 10 triliun. Nampaknya trauma krisis ekonomi di tahun 1929 yang sering disebut ‘Great Depression’ kembali menghantui. Krisis tersebut menjadi krisis nasional bagi rakyat Amerika Serikat, seperti kesulitan keuangan karena lapangan pekerjaan sedikit hingga kelaparan. Seperti mengulang ‘Great Depression’, sekarang inipun banyak saham-saham yang menjadi maskot wall street berjatuhan satu per-satu seperti perusahaan sekaliber Lehman Brothers dan Washington Mutual.

Krisis ekonomi global ini perlu kita waspadai, karena pengaruh resesi ekonomi Amerika Serikat terhadap negara-negara lain cukup besar. Dimana perekonomian kebanyakan negara masih berkiblat kepada negara adidaya tersebut, tak terkecuali Indonesia. Bukti kongkrit dampak tersebut bagi Indonesia sendiri adalah melemahnya rupiah yang jatuh pada kisaran 9.800 per-dollar Amerika Serikat.

Mega krisis yang tengah menggelembung tersebut petanda nyata kebobrokan etika dagang plus sinyalemen kematian sistem kapitalis yang penuh persoalan. sistem ribawi, paradoksial keadilan, dan praktek monopoli adalah wajah perekonomian yang akhirnya akan seperti saat ini kita rasakan.

Semua itu terjadi karena ketergantung pada nilai urang kertas dollar yang sangat ambivalen. Penggunaan uang kertas yang tidak memiliki nilai intrinsik murni jelas hanya akan mengakibatkan perekonomian suatu bangsa bahkan dunia, tidak berjalan pada titik keseimbangan. Fluktuasi nilai tukar terus terjadi. Akibatnya, akan semakin sulit merealisasikan keadilan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat. Inilah rapuhnya sistem uang kertas yang kita anut saat ini.

Berbanding terbalik dengan dengan itu, Dinar- Dirham adalah solusi untuk keseimbangan nilai tukar, stabilitas serta keadilan ekonomi. Bukti nyata antara lain saat krisis peso meksiko 1995, nilai dinar naik 107%, ketika krisis rupiah 1997, nilainya naik melonjak 375%, ketika krisi rubel di Rusia 1998 nilainya naik 30%. Nilai dinar ini setara dengan nilai dan kenaikan harga emas. Karena dinar itu terbuat dari emas. Bahkan sejak zaman Rasulullah sampai sekarang, harga seekor kambing tetap, 1-2 dinar.

Disaat negara lain mencari obat mujarab dengan berpaling ke UERO, dan timur tengah kembali Dinar-Dirham, beranikah negara kita untuk menceraikan dollar, untuk selanjutnya mengawini alat standar perekonomi yang sehat.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

The Fray - How To Save a Life

Music Code provided by Song2Play.Com